Hutan memang bisa menjadi sumber daya alam untuk industri yang kita jalankan. Namun, sampai kapan kita hanya bisa mangamil manfaat alam tanpa pernah mengembalikan atau memberikan kebaikan pada hutan tersebut?
Sebagai salah satu pengusaha sukses Indonesia yang bisnisnya bergerak dalam bergerak dalam pemanfaatan hutan menjadi produk dengan nilai lebih seperti pulp and paper dan kayu lapis, Sukanto Tanoto menyadari bahwa keberhasilan bisnisnya tak lepas dari keterbukaan mereka terhadap pengembangan ilmu kehutanan.
Salah satu contohnya terjadi pada 2013 lalu. Kala itu, salah satu perusahaan Sukanto Tanoto membuka area hutan tanaman industrinya di Riau sebagai kawasan penelitian. Para ilmuwan dari 15 negara datang ke sana untuk meneliti lahan gambut yang terbentang luas.
Sebanyak 21 ilmuwan yang tergabung dalam ESAFS (The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies) meneliti tentang kelebihan serta kelemahan dari lahan gambut bagi industri kehutanan. Hasilnya, ditemukan bahwa pembukaan hutan tanaman industri di lahan gambut tidak merugikan. Asal ada pengelolaan hutan yang baik, maka keamanannya dari kebakaran dan kerugian lain bisa dijaga.
“Jadi intinya hutan tanaman industri bisa berada di lahan gambut asal manajemen air dikelola dengan baik,” kata salah seorang peneliti, Prof. Ryusuke Hatano dari Hokkaido University, Jepang.
Hal ini merupakan salah contoh keterbukaan perusahaan Sukanto Tanoto terhadap ilmu kehutanan. Mereka tahu persis bahwa kemajuan industri kehutanan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan ilmuwan kehutanan, justru mereka yang akan mengembangakannya.
Sayangnya, keberadaan peneliti ilmu kehutanan sangat minim. Pada tahun 2013, tercatat hanya ada sekitar 400 orang di seantero negeri. Dengan jumlah yang sangat terbatas tentu mengembangkan industri kehutanan menjadi pe-er yang sulit untuk diselesaikan.
Padahal, dengan area hutan yang mencapai 130 juta hektare, Indonesia seharusnya bisa menjadi pemimpin industri kehutanan dunia karena punya keunggulan tersendiri. Berada di daerah tropis, hutan di negeri kita dapat dipanen dalam waktu hanya lima hingga sepuluh tahun. Kondisi ini tidak bisa terjadi di dunia dengan iklim empat musim.
Maka, pada tahun 2013, melalui Tanoto Foundation yang didirikannya, Sukanto Tanoto berinisiatif mendirikan Tanoto Forestry Information Center (TFIC) di kawasan kampus Insititut Pertanian Bogor. Diharapkan Tanoto Forestry Information Center dapat menjadi pendorong pengembangan ilmu kehutanan di Indonesia.
TFIC dilengkapi sarana lengkap. Di sana ada jurnal, panel, dan video informasi kehutanan dari nasiondal dan internasional. Ada pula gedung serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan apa pun.
Keberadaan TFIC diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan jejaring antar ilmuwan kehutanan nasional dan internasional serta meningkatkan lahirnya ilmuwan kehutanan. Tujuan utamanya tentu saja untuk pengembangan ilmu kehutanan yang bermanfaat bagi industri kehutanan, sehingga mempengaruhi manajemen hutan yang baik dan menguntungkan masa depan bangsa Indonesia karena upaya pelestarian hutan bisa terbantu.