Minum teh merupakan potret kebiasaan masyarakat Indonesia sejak dulu. Dengan aroma dan rasa khasnya, teh sebagai minuman terfavorit yang kaya akan antioksidan ini kini telah dibungkus dalam kemasan yang lebih praktis. Teh celup misalnya lokal Sariwangi selama ini menjadi andalan keluarga Indonesia. Sariwangi juga telah menghadirkan banyak kisah yang menginspirasi.
Tentang kemudahan untuk menyampaikan pendapat, kebersamaan bersama keluarga, hingga mencairkan suasana yang telah lama membeku lantaran suatu problema. Salah satunya adalah cerita inspiratif karena sariwangi di bawah ini.
Seoul, Korea Selatan, 2000
Seorang suami istri asli Pontianak telah memutuskan untuk mengadu nasib mereka dengan berjualan bakmi goreng kaki lima di negeri ginseng, Korea. Semua ini mereka lakukan semata-mata demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan pendidikan putrinya di tanah air. Tepatnya di wilayah terkecil Seoul yakni distrik Jung, kawasan yang cukup ramai oleh lalu-lalang penduduk Korea.
Dagangan mereka cukup laris, bahkan bisa dipastikan hampir semua porsi ludes terjual setiap harinya. Akan tetapi, mereka tidak bisa menyisihkan uang untuk menabung lantaran biaya hidup di Korea tinggi. Hasilnya mereka hanya bisa mengirim uang bulanan untuk sekolah anaknya di Pontianak, Hilda. Putri mereka yang berusia 15 tahun dan tinggal bersama kakek neneknya.
Hingga suatu hari genap 5 tahun sudah mereka mengadu nasib di negeri orang. Terselip rindu untuk bercengkerama dengan keluarga yang ada di Indonesia. Namun lagi-lagi, angan mereka terhalang oleh anggaran yang tidak seberapa.
Saat itu malam telah datang, selepas berjualan kedua suami istri itu duduk melepas penat. Berbincang ringan sambil menyeruput teh Korea ditemani aneka cemilan. Dari situlah muncul ide untuk menjajakan teh di samping gerobak mereka. Karena teh Korea yang dirasa kurang enak, maka mereka pun mengambil keputusan untuk menjajakan teh asli Indonesia.
Untunglah pada saat itu mereka mempunyai tetangga yang berasal dari Indonesia. Joseph namanya. Lewat mahasiswa inilah pasangan suami istri berdarah pontianak tersebut berhasil mendapatkan beberapa pak teh celup asli Indonesia, yang tak lain adalah Sariwangi.
Siang hari, mereka berjualan teh di pusat keramaian. Sementara malamnya mereka membuka kios teh kecil di sebelah gerobak bakmi gorengnya. Seminggu setelah berjualan, omset mereka memuaskan. Sampai akhirnya seorang pegawai dari gedung perkantoran meminta mereka untuk menyediakan 1.000 gelas teh untuk seminar di kantornya.
Cerita inspiratif karena Sariwangi ini sukses membuat mereka pulang kampung. Mereka pun berdomisili di Jakarta, dan sang suami menjadi distributor tetap penyuplai teh asli Indonesia untuk sejumlah kota di Korea.