PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) memiliki cara unik dalam melakukan pencegahan kebakaran. RAPP Riau bisa memadukan upaya konservasi gajah dengan perlindungan terhadap bahaya api di lahan dan hutan.
PT RAPP merupakan unit operasional APRIL Group. Mereka berkecimpung dalam industri pulp dan kertas dengan kapasitas produksi yang tinggi. Per tahun, RAPP sanggup menghasilkan pulp sebanyak 2,8 juta ton dan kertas sebesar 850 ribu ton.
Kemampuan RAPP Riau tak lepas dari pengelolaan perkebunan yang optimal. Mengelola lahan seluas 476 ribu hektare bersama 40 mitra pemasok, mereka sanggup menyuplai 79 persen kebutuhan fiber secara mandiri. Sisa keperluan kemudian didapat dari partner pemasok jangka pendek yang ada di kawasan lain di Sumatera, Kalimantan, serta Malaysia.
Selain menggenjot tingkat produksi, RAPP Riau aktif dalam berbagai upaya perlindungan alam. Mereka sampai menjadikannya sebagai bagian dari operasional keseharian perusahaan. Salah satunya adalah langkah pencegahan kebakaran.
Dalam mencegah kebakaran, PT RAPP sejatinya menjalankan banyak upaya. Namun, ada satu yang menarik, yakni kemampuan mereka dalam menggabungkannya dengan langkah perlindungan terhadap gajah.
Di Pulau Sumatera terdapat spesies gajah sumatra yang keberadaannya terancam. World Wide Fund for Nature (WWF) memperkirakan saat ini mereka hanya tersisa sebanyak 2.400 hingga 2.800 ekor. Lebih miris lagi, dari jumlah itu cuma 100 di antaranya yang benar-benar hidup di habitatnya di alam liar Sumatera.
Kondisi tersebut menggerakkan semua pihak untuk segera melakukan tindakan perlindungan. Pemerintah Indonesia termasuk di antaranya. Pada 1994, mereka mengeluarkan aturan untuk mewajibkan pihak swasta menjalankan perlindungan terhadap gajah.
Kala itu, pemerintah meminta perusahaan yang bergerak dalam industri kehutanan dan perkebunan untuk mengadopsi hewan yang hampir punah. Gajah sumatra termasuk di dalamnya.
Riau Andalan Pulp & Paper menyambut baik ajakan pemerintah tersebut. Mereka segera melakukan upaya perlindungan terhadap gajah sumatra. Caranya ialah dengan menampung empat ekor gajah dari Balai Konservasi Gajah Sebanga milik pemerintah Lampung. Gajah-gajah tersebut dikonservasi di lahan konsesi RAPP seluas 3.000 hektare. Mereka akhirnya seperti hidup secara alami di habitatnya.
Selain itu, RAPP Riau mempekerjakan sembilan orang pawang untuk merawat gajah-gajah tersebut. Bukan hanya itu, mereka rutin mendatangkan dokter hewan untuk memantau kesehatan para gajah.
“Ini semua tentang bagaimana cara kita melestarikan satwa liar. Itulah tujuan kami dari dulu hingga sekarang,” kata Putra Nicaragua, Koordinator Departemen Lingkungan RAPP.
Perawatan dan perlindungan itu akhirnya membuahkan hasil yang manis. Gajah-gajah di area konservasi PT RAPP mampu berkembang biak. Tercatat, pada 2009, seorang anak gajah betina yang dinamai Carmen lahir. Dua tahun kemudian, seekor anak gajah jantan bernama Raja Arman ganti dilahirkan.
“Prioritas utama kami adalah melihat mereka tumbuh sehat dan berkembang biak untuk membantu menurunkan jumlah angka kematian gajah. Dengan cara ini, kami berkontribusi untuk melestarikan satwa liar tersebut,” kata Putra.
Bersama dengan program konservasi gajah yang dijalankan, RAPP Riau juga menggulirkan beragam upaya pencegahan kebakaran. Mereka rutin melakukan pemantauan di area konsesinya supaya api tidak berkobar melahap lahan dan hutan.
Akan tetapi, praktik pemantauan sering tidak mudah dilakukan. Area yang sulit ditembus menjadi salah satu alasannya. Banyak kawasan yang tidak bisa dilalui dengan jalan darat. Hal ini membuat ide untuk memanfaatkan tenaga para gajah itu untuk menjaga lahan dan hutan dari bahaya kebakaran mencuat.
PEMBENTUKAN SKUAT GAJAH TERBANG
Upaya pelibatan pihak swasta dalam proses konservasi gajah oleh pemerintah dinilai berjalan baik. Namun, hal itu tetap tidak bisa menjadi satu-satunya solusi masalah perlindungan gajah sumatra. Sebab, penurunan populasi gajah juga sering terjadi akibat konflik dengan manusia.
Banyak kasus yang memperlihatkan gajah mati terbunuh ketika turun ke area perkebunan dan pemukiman penduduk. Mereka tewas terkena racun atau bahkan sengaja dibunuh karena dirasa mengancam keselamatan.
Hal ini akhirnya mendorong RAPP Riau untuk melakukan upaya antisipasi konflik antara gajah dan manusia. Maka bersama dengan WWF dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), mereka menggulirkan upaya yang disebut sebagai Elephant Flying Squad atau Skuat Gajah Terbang pada 2005.
Melalui Skuat Gajah Terbang, Riau Andalan Pulp & Paper hendak mencegah konflik antara manusia dan gajah terjadi. Caranya ialah dengan melakukan patroli ke sejumlah area yang rawan dilintasi para gajah liar.
Patut diketahui, gajah-gajah liar senang berpindah-pindah lokasi. Ketika berpindah, mereka melakukannya bersama-sama satu koloninya. Tak jarang, saat melakukan perpindahan, mereka melintasi area pertanian atau bahkan pemukiman penduduk. Inilah yang akhirnya memicu konflik dengan manusia.
Skuat Gajah Terbang dijadikan oleh RAPP Riau sebagai solusi problem tersebut. Beberapa ekor gajah yang sudah terlatih diajak berpatroli untuk menghalau gajah liar yang tengah melakukan perpindahan. Tujuannya supaya mereka mencari jalur lain yang tidak bersinggungan dengan manusia.
Selain itu, Skuat Gajah Terbang juga mengarahkan gajah-gajah liar ke area hutan yang dilindungi oleh RAPP. Ini penting karena di sana gajah bisa tumbuh berkembang di habitatnya dengan baik.
“Untungnya, kami memiliki hutan dengan luas 3.000 hektare, yang bisa dijadikan penyangga gajah liar untuk mencari makanan dan bermain. Kami membiarkan gajah itu tinggal di sana, dan tidak pernah mendorong mereka keluar,” kata Putra.
Bersamaan dengan itu, RAPP Riau juga memanfaatkan kegiatan patroli rutin Skuat Gajah Terbang untuk melakukan perlindungan lahan dan hutan dari bahaya kebakaran. Mereka memantau area-area yang susah dijangkau manusia.
Ketika menemukan titik api pun, Skuat Gajah Terbang mampu melakukan respons seperti memadamkan atau menjaga agar tidak meluas. Selain itu, mereka dapat melakukan kontak ke tim pemadam kebakaran RAPP agar segera bereaksi.
Kegiatan ini ternyata terbukti membawa dampak positif. Jumlah kematian gajah liar akibat konflik dengan manusia menurun. WWF mencatat pada 2015 masih ada sepuluh gajah yang tewas. Namun, jumlah itu turun menjadi empat ekor pada tahun berikutnya.
Selain itu, Skuat Gajah Terbang juga mampu berpartisipasi aktif dalam mengamankan lahan dan hutan. Patroli yang dilaksanakan berhasil menekan tingkat kebakaran yang ada di area konsesi RAPP.
Keberhasilan ini menandakan bahwa RAPP Riau berhasil melakukan dua upaya bermanfaat besar dalam satu kegiatan saja. Sembari melakukan perlindungan gajah, mereka bisa ikut mengamankan lahan hutan dari bahaya kebakaran.
Saat ini, api merupakan momok bagi kelestarian hutan di Indonesia. Siapa pun tahu pada 2005 pernah terjadi kebakaran besar di sejumlah area di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Kerusakannya sangat parah dan menimbulkan kerugian yang luar biasa besar.
Semua pihak di Indonesia tidak mau kejadian serupa terulang. Maka, beragam langkah perlindungan lahan dan hutan dilakukan. Di antaranya adalah patroli rutin yang dilakukan oleh RAPP Riau dengan Skuat Gajah Terbang yang dimilikinya.